Sekilas pernyataan di atas memang umum ditemui; rangka plafon harus kuat diinjak,kuat dibuat jalan di atasnya. Sebelum berbicara lebih jauh, mari kita tengok definisi plafon.
Plafon adalah area atau bagian bangunan yang berada tepat di batas antara dinding dan atap. Atau batas garis horizontal antara dinding dan atap. Bisa juga berarti batas permukaan atas interior ruang yang merupakan media untuk menutupi atap dengan lantai di bawahnya. Apapun istilah yang kita pergunakan makna plafon tetap sama yaitu struktur sebuah bangunan yang berada tepat di batas atap dan dinding.
Sebagai sebuah batas, plafon berfungsi menutupi rangka atap, menyembunyikan berbagai jaringan instalasi (listrik; air; telpon; antena televisi), tempat menggantung lampu, insulasi panas, hingga sebagai peredam suara.
Kembali pada pernyataan, bahwa plafon itu harus kuat karena nantinya bakal ada orang yang menginjaknya suatu saat. Entah betulin listrik, entah bersihkan sarang tikus, atau entah ............ maling (??). Baik, mari kita tengok lagi bahwa fungsi plafon adalah sebagai batas. Tidak ada kewajiban struktur yang menjadikan plafon harus memiliki kemampuan untuk dibebani. Karena kalau toh plafon dan rangka nya bisa dibebani, maka nama dan fungsinya mestinya berubah dari plafon jadi loteng (attic) sehingga anggaran untuk membuat nya pun akan disesuaikan sedemikian agar mampu menghasilkan performa yang diinginkan.
Rangka plafon, dengan demikian memang tidak didesain untuk menerima beban selain penutup plafon itu sendiri.
Artinya, sangat tidak dianjurkan -- karena faktor safety (keselamatan) -- untuk menginjak rangka plafon apapun alasannya. Lalu bagaimana dengan kekhawatiran banyak orang bahwa pasti ada waktu tertentu yang mengharuskan orang untuk naik ke atas plafon memperbaiki sesuatu?
Di sinilah fungsi perencanaan bangunan mengambil peran:
- Instalasi listrik dan lainnya
Rencanakan pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi listrik yang sinergi dengan pekerjaan rangka plafon. Hindari overlapping. Ini yang sering kali terjadi, bahwa pekerjaan plafon sudah rapi, selesai, di cat bersih, baru tukang listrik datang, naik, injak-injak. Akibatnya, plafon retak, rangka lepas, dan banyak kejadian instalatir listrik nya terjatuh karena salah injak. Tentu semua orang bakal menggerutu. Terutama yang kebagian tanggung jawab betulin, apalagi yang nanggung pengobatan si tukang listrik.
Selalu datangkan instalatir listrik sebelum pekerjaan rangka plafon selesai. Sehingga dia bisa mempersiapkan sumber daya dan mulai melakukan pemasangan paralon, kabel, dus dan sebagainya dari arah bawah rangka plafon (tidak perlu naik). Kalaupun harus naik, maka dia akan perpijak pada bagian atas ring balk atau pasangan bata. Tentu hal ini lebih aman dan mapan.


- Lampu gantung dan kipas angin
- Rangka atap


- Siapkan tempat / jalur berpijak

Ingat, rangka kayu yang sangat biasa kita pasang tidak menjamin:
Lebih murah, lebih kuat diinjak, lebih tahan lama. Faktanya, setiap kali membeli rangka plafon kayu, berapa meter yang bisa terpakai, berapa batang yang terbuang karena melengkung, sudah busuk atau ukurannya tidak sama. Faktanya kalau rangka kayu sudah terpasang dan diinjak tukang listrik, toh selalu ada bagian bawah plafon yang retak, anjlok, lepas dan perlu perbaikan. Faktanya rangka kayu kebanyakan berjamur, busuk setelah terkena bocor, dan lapuk.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar